Tak perlu membuat khawatir
"Halo adik kakak yang paling cantik..." kuhampiri adikku yang kelihatannya sedang sibuk didepan laptop
"Darimana aja sih kak baru pulang?"
"Abis pacaran donk, lho kamu kok tumben malam minggu dirumah? Ga keluar sama Bram?"
"Gak"
"Kok jawabnya jutek banget. Oh, pasti lagi berantem kan. Hahaha, kalian ini kakak nikahin juga nih kalo berantem terus"
"Ehm.. Kak, tadi jadi ke dokter kan? Terus dokternya bilang apa?"
"Dokter ga ada bilang apa-apa. Cuma bilang harus happy"
"Terus obatnya?"
"Oh, dosis obat sih udah berkurang kok dek. Tenang aja"
"Kak, aku kasi tau mama ya kak tentang ini"
"Ga perlu dek, jangan bikin orang tua cemas. Tugas kita sekarang bahagiain mereka, bukan malah bikin mereka cemas"
"Tapi kak, mama harus tau"
"Ga perlu dek, semua akan baik-baik aja kok. Yaudah kakak mau mandi dulu ya, badan udah lengket-lengket banget nih"
"Terserah lah kak. Kak, kalau lapar aku udah masak ya"
"Oh iya, sekarang jatah kamu yang masak yah. Ookee..." Teriakku dari kejauhan.
"Kak, aku besok mau ke tempat mama ya"
"Lho, besok kan minggu dek. Biasa kalau mau ke tempat mama kan kita sabtu" ujarku dari toilet
"Iya, aku senin sama selasa udah ambil cuti kok"
"Lho, kok ambil cutinya sendirian aja? Ga ajak-ajak kakak? Ada masalah sama Bram?"
"Ga ada apa-apa kak, nantilah aku ceritain. Buruan kak mandinya, aku mau ke toilet juga nih"
"Kebiasaan banget sih toilet lagi dipake mau ikutan pake juga. Sabar, sabar"
Dibenakku, cukup adikku saja yang mengetahui tentang penyakitku ini.
Adikku ini memang bisa dihandalkan untuk hal-hal semacam ini.
Kedua orang tuaku sebaiknya jangan mengetahuinya dulu.
Karena belum waktunya dan aku tak mau membuat mereka khawatir.
Mereka cukup mengetahui kabar ini ketika aku sudah sembuh saja nanti.
Iya, itu lebih baik
0 komentar